Jakarta, CNBC Indonesia – Harga produk makanan dan minuman di dalam negeri diprediksi bakal mengalami kenaikan harga lagi. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman, beberapa faktor pemicu kenaikan harga diataranya, pelemahan kurs rupiah. Hingga lonjakan biaya logistik akibat adanya ancaman perang antara Iran dan Israel.

“Saya kira, lihat 3 bulan ya prediksi saya dalam 3 bulan ini, kalau benar-benar terjadi guncangan yang luar biasa, terutama nilai tukar rupiah, kemudian kenaikan harga pangan dunia, kenaikan logistik yang luar biasa, mau tidak mau kita harus me-review. 3 bulan ke depan seperti apa? Kalau dalam 3 bulan ini benar-benar terjadi, mudah-mudahan tidak ya. Kita tidak berharap itu, tapi kalau terjadi, mau tidak mau kita harus review. Karena ini akan menjadi beban berat bagi industri,” katanya dalam profit CNBC Indonesia dikutip Kamis (18/4/2024).

Karena industri sekarang sudah semakin tertekan marginnya akibat kenaikan-kenaikan yang luar biasa. Sementara harga jual tidak bisa dinaikkan sebesar kenaikan biaya-biaya tersebut. Itu Itu yang menjadi kendala saat ini. Apalagi beberapa bahan baku impor juga berpotensi mengalami kenaikan harga akibat meningkatnya eskalasi geopolitik.

“Ya, sebagian besar yang diimpor seperti gandum, gula, garam, kedele, susu, itu seperti susu itu 80% import bahan-bahannya. Gandum 100%, tentunya gula 100%, garam kira-kira 70%, belum ingredients yang lainnya, food ingredients mulai dari vitamin, mineral, kemudian ingredients-ingredients lain. Jadi Jadi ini yang menurut saya harus diantisipasi dan tentunya hampir sebagian besar makanan minuman mengandung bahan-bahan tersebut. Oleh sebab itu saya agak sulit mengatakan produk apa, tapi hampir semua kena,” kata Adhi.

Sembari memantau perkembangan di geopolitik, industri makanan dan minuman, khususnya skala menengah-besar tidak serta-merta menaikkan harga untuk saat ini. Rata-rata lebih mementingkan penjualan tetap bisa dijaga dengan mempertahankan harga meskipun harus mengorbankan margin karena punya planning jangka panjang.

“Kenaikan harga di industri besar itu harus diskusi dengan ritel, dengan distributor, dsb prosesnya panjang, kita harus wait and see dulu tidak serta merta naik. Tapi bagi industri kecil yang stok, ketahanan stoknya sangat rentan sekali bahkan mereka kadang-kadang punya kapasitas stok hanya satu hari, satu minggu dan lain sebagainya,” kata Adhi.

Bagi industri kecil, mau tidak mau kenaikan harga tersebut dilakukan karena industri tersebut tidak bisa berproduksi lagi jika tidak menaikkan harga jual atau mengurangi ukuran jualnya.

“Ada misalnya sering kita dengar industri tempe mengurangi ukurannya supaya tetap bisa harganya dipertahankan dan lain sebagainya. Strategi-strategi Strategi-strategi itu harus dilakukan oleh teman-teman kita yang di IKM,” ujarnya.

“Tapi bagi menengah besar, saya yakin masih panjang prosesnya untuk memutuskan kenaikan harga tersebut. Apalagi situasi saat ini daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya, kita sangat hati-hati dalam menaikkan harga,” sebut Adhi.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Simak Data Pangan Dunia Terbaru, Beri Sinyal Baik atau Buruk?


(dce)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *