Jakarta, CNBC Indonesia – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terjadi berlanjut, dimana Dolar AS masih di atas Rp16.100 per 1 US$. Lantas apakah hal ini bikin eksportir kelapa sawit untung?

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono menyebut pelemahan rupiah memang akan membuat harga di dalam negeri menjadi naik, sehingga menguntungkan untuk ekspor. Namun demikian, jika pelemahan itu berlangsung lama maka biaya produksi pun akan ikut naik, karena pupuk sebagian besarnya masih didapat dari impor.

“Kalau rupiah melemah dalam jangka pendek, harga dalam negeri naik, industri sawit di hulu diuntungkan, termasuk petani. Tetapi kalau berlangsung lama akan menaikkan biaya produksi, utamanya dari komponen impor seperti pupuk,” kata Eddy kepada CNBC Indonesia, Kamis (18/4/2024).




Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Menurutnya, jika pelemahan rupiah terhadap dolar AS berlangsung lama, maka pada akhirnya yang terdampak adalah semua perkebunan sawit, termasuk petani.

“Dengan kenaikan biaya produksi apabila harga minyak sawit internasional tidak naik,” lanjutnya.

Di lain sisi, kata Eddy, jika harga minyak sawit internasional naik terlalu tinggi pun akan menjadi masalah lain untuk industri nasional, yakni permintaan ekspor menurun.

“Apabila naik terlalu tinggi, itupun akan problem, bisa jadi permintaan akan menurun,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Airlangga Ungkap Program Peremajaan Sawit Mandek, Ini Biang Keroknya


(wur)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *